MEDIA PEMBELAJARAN
Secara harfiah
media memiliki arti “perantara” atau pengantar.
Menurut Association of Education and Communication Technology (AECT),
media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran
informasi.[1] Sedangkan
menurut Sadiman, media adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.[2] Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa media merupakan perantara yang menyampaikan informasi
dari sumber ke penerima informasi.
RAGAM DAN KLASIFIKASI MEDIA
Setiap jenis
media memiliki kemampuan dan karakteristik atau fitur spesifik yang dapat
digunakan untuk keperluan yang spesifik pula. Fitur-fitur spesifik yang
dimiliki oleh sebuah media pembelajaran membedakan media tersebut dengan jenis
media yang lain. Kemp (1986) mengemukakan beberapa fitur yang merupakan
karakteristik dari media yaitu: faktor presentasi, faktor ukuran, faktor warna,
faktor gerak-diam atau bergerak, faktor bahasa, faktor keterkaitan antara
gambar dan suara.
Jerold Kemp dan
Diane K. Dayton (2004) mengemukakan klasifikasi jenis media yaitu :
1.
Media
cetak, contoh: koran, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lain sebagainya.
2.
Media
yang dipamerkan (displayed media), contoh: poster.
3.
Overhead
transparancy
4.
Rekaman
suara
5.
Slide
suara dan film strip
6.
Presentasi
multi gambar
7.
Video
dan film
8.
Pembelajaran
berbasis komputer (computer based learning).
Menurut Heinich dkk (2005), jenis media pembelajaran yang dapat
digunakan oleh guru, instruktur perancangan program pembelajaran, yaitu:
1.
Media
cetak atau teks
2.
Media pameran atau display
3.
Media
audio
4.
Gambar
bergerak (motion pictures)
5.
Multimedia
6.
Media
berbasis web atau internet.[3]
Menurut Bretz, media dikelompokkan menjasi 8 kategori: 1) media
audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audio semi gerak, 4)
media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi gerak, 7) media audio,
dan 8) media cetak.[4]
A.
Media Cetak
Media cetak merupakan jenis media
yang telah lama digunakan sebagai bahan untuk belajar. Media cetak dipandang
sebagai jenis media yang relatif murah dan sangat fleksibel penggunaannya. Ragam
yang bervariasi dari media cetak diantaranya adalah: buku, brosur, leaflet,
hand out, majalah, buletin dan lain sebagainya.
Siswa dapat memanfaatkan media cetak
di mana saja, kapan saja, dan tanpa memerlukan peralatan khusus. Bahan grafis
juga tergolong sebagai media cetak yang memuat informasi dan pengetahuan yang
spesifik, misalnya: gambar, diagram, chart, grafik, dan poster, serta kartun.
Gambar yang dipergunakan untuk
mengkomunikasikan pengetahuan dan informasi dapat berbentuk sketsa yang berisi
garis-garis yang membentuk dan mencitrakan orang, tempat, objek dan konsep
tertentu. Gambar pada umumnya lebih representatif daripada sketsa. Artinya,
garis-garis yang terdapat pada gambar lebih banyak dan lebih akurat sehingga
dapat mengungkapkan objek mendekati keadaan yang sebenarnya atau realita.
Diagram biasanya digunakan untuk
memperlihatkan adanya hubungan dan keterkaitan antara konsep yang satu dengan
konsep yang lain. Diagram juga dapat digunakan untuk menggambarkan suatu proses
atau urutan kejadian dan herarki. Diagram sering dijumpai dalam buku teks,
jurnal, dan majalah ilmiah. Diagram memiliki kesamaan dengan chart yaitu dapat
menggambarkan adanya hubungan antara suatu konsep dengan konsep yang lain.
Grafik digunakan untuk memberikan
penjelasan tentang data numerik. Setiap unsur visual yang terdapat di dalam
grafik mewakili suatu data numerik. Selain itu, grafik juga dapat menggambarkan
adanya keterkaitan antara unit yang terdapat dalam data berikut
kecenderungannya (tendency). Grafik sebagai suatu media komunikasi dapat
diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu: grafik batang, grafik gambar,
grafik lingkaran, dan grafik garis.
Poster merupakan konsep
visual yang terdiri dari kombinasi antara garis, warna dan kata-kata (teks).
Media poster ditujukan untuk menangkap dan mempertahankan perhatian orang (eye
cathing) agar mereka dapat memahami pesan yang terdapat di dalamnya.
Poster pada umumnya bersifat
persuasif, membujuk orang untuk melakukan suatu tindakan (action).
Misalnya, poster yang mengajak masyarakat untuk mencegah tersebarnya wabah flu
burung, demam berdarah, atau menerima praktek keluarga berencana.
Kartun merupakan format bahan grafis
yang paling populer sebagai suatu media komunikasi. Kartun didefinisikan
sebagai gambar atau karikatur yang dapat memberikan informasi tentang orang
atau peristiwa. Media ini sering diterbitkan dalam media cetak seperti koran, majalah,
bahan-bahan periodik dan buku. Kartun biasanya berisi informasi yang aktual
tentang tokoh, kebijakan dan peristiwa yang tengah berlangsung. Kartun
merupakan media komunikasi yang mudah dimengerti.
Walaupun teknologi komputer dan
digital telah berkembang sangat pesat, namun media cetak tetap digunakan secara
luas. Hal ini disebakan media cetak memiliki beberapa keunggulan yaitu:
1.
Bentuk
fisiknya mudah dibawa-bawa, memudahkan pengguna untuk membacanya sewaktu-waktu
kapan saja dan di mana saja;
2.
Ekonomis,
mudah pendistribusiannya, serta mudah untuk dipindah-pindah;
3.
Pembaca
diberi kesempatan untuk mencerna isi informasi yang terkandung di dalamnya
sesuai dengan kecepatan dan kemampuan;
4.
Memungkinkan
pembaca mengulang-ulang isi/materi yang dibacanya;
5.
Mampu
menghasilkan kesamaan pengertian terhadap informasi yang terkandung di
dalamnya;
6.
Memungkinkan
pembaca menentukan isi/materi yang akan dipelajari (random access).[5]
B.
Media Pameran
Media pameran atau display
media digunakan sebagai sarana informasi dan pengetahuan yang menarik bagi
penggunanya. Sama halnya seperti media cetak, jenis media pembelajaran ini juga
bervariasi mulai dari benda sesunguhnya (real object) sampai kepada
benda tiruan atau replica dan model. Penggunaan media ini dilakukan dengan cara
memamerkannya di suatu tempat tertentu sehingga pesan dan informasi yang
terdapat didalamnya dapat diamati dan dipelajari oleh siswa. Contoh media
pameran yaitu: realia, model, diorama, dan kit.
Realia adalah benda asli atau
orisinal yang digunakan sebagai media untuk memperoleh suatu informasi. Sebagai
media, realia tidak mengalami perubahan sama sekali. Akan tetapi, kesulitan
kadang-kadang muncul dalam menghadirkan realia secara utuh ke dalam ruangan.
Agar dapat digunakan sebagai media yang dapat menyampaikan informasi dan
pengetahuan bagi penggunanya, realia perlu mengalami sedikit modifikasi. Dalam
dunia pendidikan, realia sering dianggap sebagai media informasi yang paling
mudah diakses dan dapat menarik perhatian.
Model dapat diartikan sebagai
benda-benda pengganti yang fungsinya ditujukan untuk menggantikan benda
sebenarnya. Model dipergunakan sebagai media informasi untuk menjelaskan konsep
dari suatu proses, sistem atau objek belajar dalam bentuk yang sederhana, jelas
dan menarik. Penggunaan model dalam proses belajar juga dapat memberikan
keuntungan yang lain yaitu memberikan pengalaman nyata atau konkret kepada
pengguna karena satu dan lain hal yang tidak bisa diberikan oleh realia.[6]
Ada beberapa tujuan belajar dengan
menggunakan model, yaitu: mengatasi kesulitan yang muncul ketika mempelajari
objek yang terlalu besar, untuk mempelajari obyek yang telah menyejarah di masa
lampau, untuk mempelajari objek-objek yang tak terjangkau secara fisik, untuk
mempelajari objek yang mudah dijangkau tetapi tidak memberikan keterangan yang
memadai (misalnya mata manusia, telinga manusia), untuk mempelajari
konstruksi-konstruksi yang abstrak, untuk memperlihatkan proses dari obyek yang
luas.[7]
Diorama adalah sebuah pameran statis
atau diam yang didesain untuk menyampaikan informasi tentang kejadian nyata
yang terjadi di masa lalu atau sekarang atau menggambarkan masa depan dalam
bentuk tiga dimensi. Untuk lebih menghadirkan efek kehidupan yang nyata,
pemandangan tersebut diberi suatu latar belakang yang sesuai.
Pada proses belajar di dalam kelas,
diorama digunakan oleh guru untuk melukiskan suatu pelajaran atau untuk
memperkenalkan suatu topik utama, misalnya dalam pelajaran sejarah diorama
digunakan untuk melukiskan epik perang di masa lalu. Sedang dalam dunia
industri, diorama sering dibuat untuk menampilkan tata letak atau lay out
sebuah pabrik yang digunakan untuk menghasilkan produk.
Kit adalah media yang banyak
digunakan dalam proses belajar-mengajar khususnya untuk mengajar pengetahuan
dan keterampilan yang bersifat khusus atau keahlian. Media ini merupakan media
yang bersifat multisensory. Dengan kata lain, kit merupakan media yang
bisa diraba, dilihat, didengar, dan dapat diamati melalui panca indra manusia.
Dalam menyampaikan informasi dan pengetahuan, pengguna kit harus ikut terlibat
dan berinteraksi langsung dengan benda-benda yang menjadi bagian dari koleksi
kit tersebut.[8]
C.
Media Audio
Media audio merupakan jenis media
spesifik yang efektif dan efisien untuk digunakan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Walaupun jenis media ini dapat digunakan untuk
menyampaikan hampir semua jenis informasi dan pengetahuan, namun sejumlah ahli
berpandangan bahwa media audio sangat tepat untuk digunakan dalam pembelajaran
tentang kemampuan berbahasa dan juga seni.
Secara umum penggunaan media audio
sebagai sarana pembelajaran memiliki beberapa keunggulan antara lain: (1)
relatif murah untuk mengkomunikasikan informasi; (2) mudah untuk diperoleh dan
mudah untuk digunakan; (3) fleksibel untuk digunakan dalam proses belajar baik
berkelompok maupun individu; (4) bentuknya ringkas dan mudah dibawa.[9]
D.
Gambar Gerak (Motion Pictures)
Gambar bergerak atau motion pictures merupakan jenis media
yang mampu memperlihatkan gambar bergerak yang terintegrasi dengan unsur suara.
Contoh jenis media ini yaitu film dan video. Kedua jenis media ini memiliki features
atau kemampuan yang luar biasa sebagai sebuah media komunikasi. Video dan film
mampu menampilkan informasi dan pengetahuan dalam sebuah tayangan yang
realistik. Heinich dan kawan-kawan (2005) mengemukakan beberapa kelebihan yang
dapat diberikan oleh media video dalam mengkomunikasikan informasi dan
pengetahuan, yaitu:
1.
Video
dapat menayangkan gambar bergerak (motion pictures), dan dapat
memperlihatkan informasi yang mengandung unsur gerak di dalamnya. Kemampuan
untuk menampilkan unsur gambar bergerak merupakan atribut dari media video.
2.
Video
dapat memperlihatkan berlangsungnya suatu proses secara bertahap. Gerakan-gerakan
yang bertahap dapat diperlihatkan secara efektif melalui media ini. Misalnya
pertumbuhan bunga dapat ditayangkan dengan teknik slow motion.
3.
Video
dapat dipergunakan sebagai media observasi yang aman. Gambar-gambar berupa
objek yang direkam di dalam sebuah program video dapat diobservasi secara aman
oleh pemirsanya. Objek yang direkam tersebut mungkin akan menimbulkan bahaya
jika diobservasi secara langsung. Contohnya, bahan-bahan kimia yang digunakan
dalam suatu percobaan akan berbahaya jika diamati dari dekat. Namun jika
percobaan kimia tersebut direkam dalam program video, maka hal tersebut dapat
menghilangkan bahaya yang ditimbulkannya.
4.
Video
dapat dipergunakan untuk mempelajari suatu keterampilan atau kecakapan
tertentu. Pelajaran atletik misalnya, dapat dipelajari secara efektif melalui
media video. Fasilitas yang ada pada video seperti halnya kemampuan untuk
memperlambat gerak (slow motion) dan memberhentikan gambar yang sedang
bergerak (freeze frame) dapat dipergunakan untuk menganalisis bagian
atau proses tertentu dari suatu gerakan.
5.
Dramatisasi
yang terdapat di dalam sebuah program video, dapat menggugah emosi pemirsa.
Media video dapat berperan dalam membentuk sikap individu dan sikap sosial.
Dalam dunia bisnis dan industri, video dipergunakan untuk melakukan observasi
dan menganalisis hubungan sosial antar-individu.
6.
Video
dapat dipergunakan untuk melakukan penghayatan atau apresiasi terhadap budaya
bangsa atau etnis lain. Media ini dapat
dipergunakan untuk merekam upacara atau ritual yang unik dan langka yang
berlangsung dalam suatu etnis, sehingga pemirsa dapat melihat upacara tersebut
sebagai suatu pengalaman belajar.
7.
Video
dapat dipergunakan untuk memberikan pengalaman yang sama (common experience)
terhadap sekelompok pemirsa yang berada pada suatu tempat yang berbeda. Pengalaman
yang sama yang dapat ditayangkan melalui medium video akan mendorong pemirsa
untuk berperan efektif dalam menciptakan diskusi tentang suatu topik.[10]
E.
Multimedia
Multimedia merupakan produk dari kemajuan teknologi digital. Media
ini mampu memberikan pengalaman belajar yang kaya bagi penggunanya. Multimedia
dapat menampilkan pesan dan pengetahuan dalam bentuk gabungan atau kombinasi
antara beberapa unsur seperti: teks, audio, grafis, video, dan animasi secara
simultan. Dengan kemampuan ini program multimedia dapat menayangkan informasi
yang sangat komprehensif untuk dipelajari oleh siswa.[11]
MEDIA TRADISIONAL DAN KONVENSIONAL
Seels dan
Glasgow membagi media ke dalam dua kelompok besar, yaitu: media tradisional dan
media teknologi mutakhir. Pilihan media tradisional berupa media visual diam
tak diproyeksikan dan yang diproyeksikan, audio, penyajian multimedia, visual
dinamis yang diproyeksikan, media cetak, permainan, dan media realia. Sedangkan
pilihan media teknologi mutakhir berupa media berbasis telekomunikasi (misal teleconference)
dan media berbasis mikroprosesor (misal: permainan komputer dan hypermedia).[12]
Perkembangan
media digital dan jaringan yang belakangan ini berlangsung sangat pesat telah
memberi pengaruh yang signifikan terhadap seluruh aspek kehidupan manusia,
termasuk didalamnya aktivitas belajar. Perkembangan ini mengakibatkan aktivitas
belajar tidak lagi hanya berlangsung dengan sumber informasi yang terbatas,
tapi beraneka dan terbuka.
Kemajuan
teknologi komunikasi dan informasi saat ini telah merubah paradigma
pembelajaran. Paradigma lama menganggap guru sebagai satu-satunya sumber
informasi dalam pembelajaran. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi
membuat guru tidak lagi harus berperan sebagai pengajar semata, tapi menjadi
pengelola dan pengembang proses pembelajaran.
Guru perlu
lebih banyak berperan dalam memfasilitasi siswa dalam melaksanakan proses
belajar. Untuk memerankan hal ini guru harus lebih banyak belajar dan
mengembangkan kemampuan pribadi. Termasuk didalamnya penguasaan teknologi
komunikasi. Guru perlu memiliki pengetahuan yang baik tentang komputer dan
teknologi komunikasi sebelum dapat mengajarkannya kepada siswa.
Sebagai seorang
guru dan pendidik kita perlu menyiapkan siswa agar mampu menjalankan kehidupan
di masa depan. Pembelajaran dimasa depan tidak lagi menggunakan metode
konvensional yang bersifat mekanis, berdasarkan standar, menggunakan kendali
eksternal dan cenderung behavioristik. Pembelajaran di masa depan ditandai
dengan beberapa karakteristik penting yaitu; (1) melibatkan individu siswa
secara total; (2) menekankan pada kerjasama (collaborative); (3)
menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi; (4) memanfaatkan motivasi
instrinsik; (5) memiliki unsur kesenangan (joyfulness) dalam belajar (6)
mengintegrasikan kegiatan belajar dengan seluruh aspek kehidupan siswa.[13]
DAFTAR PUSTAKA
Asnawir.
2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers.
Pandu
Wijaya, Sungging. 2014. Media Pembelajaran dan Macam-Macam Media Pembelajaran
Dalam Proses Belajar Mengajar. Jember: FIP UNEJ Jember.
PRI,
Benny A. Modul Pelatihan: Pengertian dan Perkembangan Konsep Media
Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya. https://belajar.kemdikbud.go.id. Diakses
pada tanggal 9 Maret 2016 pukul 10.00 WIB.
Sadiman,
A.S. dkk. 1990. Media Pendidikan: pengertian, pengembangan dan
pemanfaatannya, edisi 1. Jakarta: Penerbit CV Rajawali.
Susanto.
Media Pembelajaran. https://susantotutor.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 9 Maret pukul 11.30
WIB.
[1] Asnawir, Media
Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, hlm. 11.
[2] A.S. Sadiman, dkk,
Media Pendidikan: pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya, edisi 1,
Jakarta: Penerbit CV. Rajawali, 1990, hlm. 6.
[3] Benny A. PRI, Modul
Pelatihan: Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori
Belajar yang Melandasinya, https://belajar.kemdikbud.go.id, diakses
pada tanggal 9 Maret 2016 pukul 10.00 WIB, hlm. 3.
[4] Susanto, Media
Pembelajaran, https://susantotutor.wordpress.com, diakses pada tanggal 9
Maret pukul 11.30 WIB.
[5] Benny A. PRI, Modul
Pelatihan: Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori
Belajar yang Melandasinya, https://belajar.kemdikbud.go.id, diakses
pada tanggal 9 Maret 2016 pukul 10.00 WIB, hlm. 3-6.
[6]
Benny A. PRI, Modul
Pelatihan: Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori
Belajar yang Melandasinya, https://belajar.kemdikbud.go.id, diakses
pada tanggal 9 Maret 2016 pukul 10.00 WIB, hlm. 6-7.
[7] Sungging Pandu
Wijaya, Media Pembelajaran dan Macam-Macam Media Pembelajaran Dalam Proses
Belajar Mengajar, Jember: FIP UNEJ Jember, 2014, hlm. 22.
[8] Benny A. PRI, Modul
Pelatihan: Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori
Belajar yang Melandasinya, https://belajar.kemdikbud.go.id, diakses
pada tanggal 9 Maret 2016 pukul 10.00 WIB, hlm. 7.
[9] Benny A. PRI, Modul
Pelatihan: Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori
Belajar yang Melandasinya, https://belajar.kemdikbud.go.id, diakses
pada tanggal 9 Maret 2016 pukul 10.00 WIB, hlm. 8.
[10] Benny A. PRI, Modul
Pelatihan: Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta
Teori Belajar yang Melandasinya, https://belajar.kemdikbud.go.id,
diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pukul 10.00 WIB, hlm. 8-9.
[11] Benny A. PRI, Modul
Pelatihan: Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori
Belajar yang Melandasinya, https://belajar.kemdikbud.go.id, diakses
pada tanggal 9 Maret 2016 pukul 10.00 WIB, hlm. 10.
[12] Susanto, Media
Pembelajaran, https://susantotutor.wordpress.com, diakses pada
tanggal 9 Maret pukul 11.30 WIB.
[13] Benny A. PRI, Modul
Pelatihan: Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori
Belajar yang Melandasinya, https://belajar.kemdikbud.go.id, diakses
pada tanggal 9 Maret 2016 pukul 10.00 WIB, hlm. 11-13.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar