Kamis, 10 Maret 2016

Media Pembelajaran

MEDIA PEMBELAJARAN

Secara harfiah media memiliki arti “perantara” atau pengantar.  Menurut Association of Education and Communication Technology (AECT), media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi.[1] Sedangkan menurut Sadiman, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.[2] Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media merupakan perantara yang menyampaikan informasi dari sumber ke penerima informasi.
RAGAM DAN KLASIFIKASI MEDIA
Setiap jenis media memiliki kemampuan dan karakteristik atau fitur spesifik yang dapat digunakan untuk keperluan yang spesifik pula. Fitur-fitur spesifik yang dimiliki oleh sebuah media pembelajaran membedakan media tersebut dengan jenis media yang lain. Kemp (1986) mengemukakan beberapa fitur yang merupakan karakteristik dari media yaitu: faktor presentasi, faktor ukuran, faktor warna, faktor gerak-diam atau bergerak, faktor bahasa, faktor keterkaitan antara gambar dan suara.
Jerold Kemp dan Diane K. Dayton (2004) mengemukakan klasifikasi jenis media yaitu :
1.      Media cetak, contoh: koran, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lain sebagainya.
2.      Media yang dipamerkan (displayed media), contoh: poster.
3.      Overhead transparancy
4.      Rekaman suara
5.      Slide suara dan film strip
6.      Presentasi multi gambar
7.      Video dan film
8.      Pembelajaran berbasis komputer (computer based learning).

Menurut Heinich dkk (2005), jenis media pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, instruktur perancangan program pembelajaran, yaitu:
1.      Media cetak atau teks
2.      Media  pameran atau display
3.      Media audio
4.      Gambar bergerak (motion pictures)
5.      Multimedia
6.      Media berbasis web atau internet.[3]
Menurut Bretz, media dikelompokkan menjasi 8 kategori: 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audio semi gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi gerak, 7) media audio, dan 8) media cetak.[4]
A.    Media Cetak
Media cetak merupakan jenis media yang telah lama digunakan sebagai bahan untuk belajar. Media cetak dipandang sebagai jenis media yang relatif murah dan sangat fleksibel penggunaannya. Ragam yang bervariasi dari media cetak diantaranya adalah: buku, brosur, leaflet, hand out, majalah, buletin dan lain sebagainya.
Siswa dapat memanfaatkan media cetak di mana saja, kapan saja, dan tanpa memerlukan peralatan khusus. Bahan grafis juga tergolong sebagai media cetak yang memuat informasi dan pengetahuan yang spesifik, misalnya: gambar, diagram, chart, grafik, dan poster, serta kartun.
Gambar yang dipergunakan untuk mengkomunikasikan pengetahuan dan informasi dapat berbentuk sketsa yang berisi garis-garis yang membentuk dan mencitrakan orang, tempat, objek dan konsep tertentu. Gambar pada umumnya lebih representatif daripada sketsa. Artinya, garis-garis yang terdapat pada gambar lebih banyak dan lebih akurat sehingga dapat mengungkapkan objek mendekati keadaan yang sebenarnya atau realita.
Diagram biasanya digunakan untuk memperlihatkan adanya hubungan dan keterkaitan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain. Diagram juga dapat digunakan untuk menggambarkan suatu proses atau urutan kejadian dan herarki. Diagram sering dijumpai dalam buku teks, jurnal, dan majalah ilmiah. Diagram memiliki kesamaan dengan chart yaitu dapat menggambarkan adanya hubungan antara suatu konsep dengan konsep yang lain.
Grafik digunakan untuk memberikan penjelasan tentang data numerik. Setiap unsur visual yang terdapat di dalam grafik mewakili suatu data numerik. Selain itu, grafik juga dapat menggambarkan adanya keterkaitan antara unit yang terdapat dalam data berikut kecenderungannya (tendency). Grafik sebagai suatu media komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu: grafik batang, grafik gambar, grafik lingkaran, dan grafik garis.
Poster merupakan konsep visual yang terdiri dari kombinasi antara garis, warna dan kata-kata (teks). Media poster ditujukan untuk menangkap dan mempertahankan perhatian orang (eye cathing) agar mereka dapat memahami pesan yang terdapat di dalamnya.
Poster pada umumnya bersifat persuasif, membujuk orang untuk melakukan suatu tindakan (action). Misalnya, poster yang mengajak masyarakat untuk mencegah tersebarnya wabah flu burung, demam berdarah, atau menerima praktek keluarga berencana.
Kartun merupakan format bahan grafis yang paling populer sebagai suatu media komunikasi. Kartun didefinisikan sebagai gambar atau karikatur yang dapat memberikan informasi tentang orang atau peristiwa. Media ini sering diterbitkan dalam media cetak seperti koran, majalah, bahan-bahan periodik dan buku. Kartun biasanya berisi informasi yang aktual tentang tokoh, kebijakan dan peristiwa yang tengah berlangsung. Kartun merupakan media komunikasi yang mudah dimengerti.
Walaupun teknologi komputer dan digital telah berkembang sangat pesat, namun media cetak tetap digunakan secara luas. Hal ini disebakan media cetak memiliki beberapa keunggulan yaitu:
1.      Bentuk fisiknya mudah dibawa-bawa, memudahkan pengguna untuk membacanya sewaktu-waktu kapan saja dan di mana saja;
2.      Ekonomis, mudah pendistribusiannya, serta mudah untuk dipindah-pindah;
3.      Pembaca diberi kesempatan untuk mencerna isi informasi yang terkandung di dalamnya sesuai dengan kecepatan dan kemampuan;
4.      Memungkinkan pembaca mengulang-ulang isi/materi yang dibacanya;
5.      Mampu menghasilkan kesamaan pengertian terhadap informasi yang terkandung di dalamnya;
6.      Memungkinkan pembaca menentukan isi/materi yang akan dipelajari (random access).[5]
B.     Media Pameran
Media pameran atau display media digunakan sebagai sarana informasi dan pengetahuan yang menarik bagi penggunanya. Sama halnya seperti media cetak, jenis media pembelajaran ini juga bervariasi mulai dari benda sesunguhnya (real object) sampai kepada benda tiruan atau replica dan model. Penggunaan media ini dilakukan dengan cara memamerkannya di suatu tempat tertentu sehingga pesan dan informasi yang terdapat didalamnya dapat diamati dan dipelajari oleh siswa. Contoh media pameran yaitu: realia, model, diorama, dan kit.
Realia adalah benda asli atau orisinal yang digunakan sebagai media untuk memperoleh suatu informasi. Sebagai media, realia tidak mengalami perubahan sama sekali. Akan tetapi, kesulitan kadang-kadang muncul dalam menghadirkan realia secara utuh ke dalam ruangan. Agar dapat digunakan sebagai media yang dapat menyampaikan informasi dan pengetahuan bagi penggunanya, realia perlu mengalami sedikit modifikasi. Dalam dunia pendidikan, realia sering dianggap sebagai media informasi yang paling mudah diakses dan dapat menarik perhatian.
Model dapat diartikan sebagai benda-benda pengganti yang fungsinya ditujukan untuk menggantikan benda sebenarnya. Model dipergunakan sebagai media informasi untuk menjelaskan konsep dari suatu proses, sistem atau objek belajar dalam bentuk yang sederhana, jelas dan menarik. Penggunaan model dalam proses belajar juga dapat memberikan keuntungan yang lain yaitu memberikan pengalaman nyata atau konkret kepada pengguna karena satu dan lain hal yang tidak bisa diberikan oleh realia.[6]
Ada beberapa tujuan belajar dengan menggunakan model, yaitu: mengatasi kesulitan yang muncul ketika mempelajari objek yang terlalu besar, untuk mempelajari obyek yang telah menyejarah di masa lampau, untuk mempelajari objek-objek yang tak terjangkau secara fisik, untuk mempelajari objek yang mudah dijangkau tetapi tidak memberikan keterangan yang memadai (misalnya mata manusia, telinga manusia), untuk mempelajari konstruksi-konstruksi yang abstrak, untuk memperlihatkan proses dari obyek yang luas.[7]
Diorama adalah sebuah pameran statis atau diam yang didesain untuk menyampaikan informasi tentang kejadian nyata yang terjadi di masa lalu atau sekarang atau menggambarkan masa depan dalam bentuk tiga dimensi. Untuk lebih menghadirkan efek kehidupan yang nyata, pemandangan tersebut diberi suatu latar belakang yang sesuai.
Pada proses belajar di dalam kelas, diorama digunakan oleh guru untuk melukiskan suatu pelajaran atau untuk memperkenalkan suatu topik utama, misalnya dalam pelajaran sejarah diorama digunakan untuk melukiskan epik perang di masa lalu. Sedang dalam dunia industri, diorama sering dibuat untuk menampilkan tata letak atau lay out sebuah pabrik yang digunakan untuk menghasilkan produk.
Kit adalah media yang banyak digunakan dalam proses belajar-mengajar khususnya untuk mengajar pengetahuan dan keterampilan yang bersifat khusus atau keahlian. Media ini merupakan media yang bersifat multisensory. Dengan kata lain, kit merupakan media yang bisa diraba, dilihat, didengar, dan dapat diamati melalui panca indra manusia. Dalam menyampaikan informasi dan pengetahuan, pengguna kit harus ikut terlibat dan berinteraksi langsung dengan benda-benda yang menjadi bagian dari koleksi kit tersebut.[8]
C.    Media Audio
Media audio merupakan jenis media spesifik yang efektif dan efisien untuk digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Walaupun jenis media ini dapat digunakan untuk menyampaikan hampir semua jenis informasi dan pengetahuan, namun sejumlah ahli berpandangan bahwa media audio sangat tepat untuk digunakan dalam pembelajaran tentang kemampuan berbahasa dan juga seni.
Secara umum penggunaan media audio sebagai sarana pembelajaran memiliki beberapa keunggulan antara lain: (1) relatif murah untuk mengkomunikasikan informasi; (2) mudah untuk diperoleh dan mudah untuk digunakan; (3) fleksibel untuk digunakan dalam proses belajar baik berkelompok maupun individu; (4) bentuknya ringkas dan mudah dibawa.[9]
D.    Gambar Gerak (Motion Pictures)
Gambar bergerak atau motion pictures merupakan jenis media yang mampu memperlihatkan gambar bergerak yang terintegrasi dengan unsur suara. Contoh jenis media ini yaitu film dan video. Kedua jenis media ini memiliki features atau kemampuan yang luar biasa sebagai sebuah media komunikasi. Video dan film mampu menampilkan informasi dan pengetahuan dalam sebuah tayangan yang realistik. Heinich dan kawan-kawan (2005) mengemukakan beberapa kelebihan yang dapat diberikan oleh media video dalam mengkomunikasikan informasi dan pengetahuan, yaitu:
1.      Video dapat menayangkan gambar bergerak (motion pictures), dan dapat memperlihatkan informasi yang mengandung unsur gerak di dalamnya. Kemampuan untuk menampilkan unsur gambar bergerak merupakan atribut dari media video.
2.      Video dapat memperlihatkan berlangsungnya suatu proses secara bertahap. Gerakan-gerakan yang bertahap dapat diperlihatkan secara efektif melalui media ini. Misalnya pertumbuhan bunga dapat ditayangkan dengan teknik slow motion.
3.      Video dapat dipergunakan sebagai media observasi yang aman. Gambar-gambar berupa objek yang direkam di dalam sebuah program video dapat diobservasi secara aman oleh pemirsanya. Objek yang direkam tersebut mungkin akan menimbulkan bahaya jika diobservasi secara langsung. Contohnya, bahan-bahan kimia yang digunakan dalam suatu percobaan akan berbahaya jika diamati dari dekat. Namun jika percobaan kimia tersebut direkam dalam program video, maka hal tersebut dapat menghilangkan bahaya yang ditimbulkannya.
4.      Video dapat dipergunakan untuk mempelajari suatu keterampilan atau kecakapan tertentu. Pelajaran atletik misalnya, dapat dipelajari secara efektif melalui media video. Fasilitas yang ada pada video seperti halnya kemampuan untuk memperlambat gerak (slow motion) dan memberhentikan gambar yang sedang bergerak (freeze frame) dapat dipergunakan untuk menganalisis bagian atau proses tertentu dari suatu gerakan.
5.      Dramatisasi yang terdapat di dalam sebuah program video, dapat menggugah emosi pemirsa. Media video dapat berperan dalam membentuk sikap individu dan sikap sosial. Dalam dunia bisnis dan industri, video dipergunakan untuk melakukan observasi dan menganalisis hubungan sosial antar-individu.
6.      Video dapat dipergunakan untuk melakukan penghayatan atau apresiasi terhadap budaya bangsa atau etnis lain.  Media ini dapat dipergunakan untuk merekam upacara atau ritual yang unik dan langka yang berlangsung dalam suatu etnis, sehingga pemirsa dapat melihat upacara tersebut sebagai suatu pengalaman belajar.
7.      Video dapat dipergunakan untuk memberikan pengalaman yang sama (common experience) terhadap sekelompok pemirsa yang berada pada suatu tempat yang berbeda. Pengalaman yang sama yang dapat ditayangkan melalui medium video akan mendorong pemirsa untuk berperan efektif dalam menciptakan diskusi tentang suatu topik.[10]
E.     Multimedia
Multimedia merupakan produk dari kemajuan teknologi digital. Media ini mampu memberikan pengalaman belajar yang kaya bagi penggunanya. Multimedia dapat menampilkan pesan dan pengetahuan dalam bentuk gabungan atau kombinasi antara beberapa unsur seperti: teks, audio, grafis, video, dan animasi secara simultan. Dengan kemampuan ini program multimedia dapat menayangkan informasi yang sangat komprehensif untuk dipelajari oleh siswa.[11]
MEDIA TRADISIONAL DAN KONVENSIONAL
Seels dan Glasgow membagi media ke dalam dua kelompok besar, yaitu: media tradisional dan media teknologi mutakhir. Pilihan media tradisional berupa media visual diam tak diproyeksikan dan yang diproyeksikan, audio, penyajian multimedia, visual dinamis yang diproyeksikan, media cetak, permainan, dan media realia. Sedangkan pilihan media teknologi mutakhir berupa media berbasis telekomunikasi (misal teleconference) dan media berbasis mikroprosesor (misal: permainan komputer dan hypermedia).[12]
Perkembangan media digital dan jaringan yang belakangan ini berlangsung sangat pesat telah memberi pengaruh yang signifikan terhadap seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk didalamnya aktivitas belajar. Perkembangan ini mengakibatkan aktivitas belajar tidak lagi hanya berlangsung dengan sumber informasi yang terbatas, tapi beraneka dan terbuka.
Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi saat ini telah merubah paradigma pembelajaran. Paradigma lama menganggap guru sebagai satu-satunya sumber informasi dalam pembelajaran. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi membuat guru tidak lagi harus berperan sebagai pengajar semata, tapi menjadi pengelola dan pengembang proses pembelajaran.
Guru perlu lebih banyak berperan dalam memfasilitasi siswa dalam melaksanakan proses belajar. Untuk memerankan hal ini guru harus lebih banyak belajar dan mengembangkan kemampuan pribadi. Termasuk didalamnya penguasaan teknologi komunikasi. Guru perlu memiliki pengetahuan yang baik tentang komputer dan teknologi komunikasi sebelum dapat mengajarkannya kepada siswa.
Sebagai seorang guru dan pendidik kita perlu menyiapkan siswa agar mampu menjalankan kehidupan di masa depan. Pembelajaran dimasa depan tidak lagi menggunakan metode konvensional yang bersifat mekanis, berdasarkan standar, menggunakan kendali eksternal dan cenderung behavioristik. Pembelajaran di masa depan ditandai dengan beberapa karakteristik penting yaitu; (1) melibatkan individu siswa secara total; (2) menekankan pada kerjasama (collaborative); (3) menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi; (4) memanfaatkan motivasi instrinsik; (5) memiliki unsur kesenangan (joyfulness) dalam belajar (6) mengintegrasikan kegiatan belajar dengan seluruh aspek kehidupan siswa.[13]
DAFTAR PUSTAKA
Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers.
Pandu Wijaya, Sungging. 2014. Media Pembelajaran dan Macam-Macam Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar. Jember: FIP UNEJ Jember.
PRI, Benny A. Modul Pelatihan: Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya. https://belajar.kemdikbud.go.id. Diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pukul 10.00 WIB.
Sadiman, A.S. dkk. 1990. Media Pendidikan: pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya, edisi 1. Jakarta: Penerbit CV Rajawali.
Susanto. Media Pembelajaran. https://susantotutor.wordpress.com.  Diakses pada tanggal 9 Maret pukul 11.30 WIB.


[1] Asnawir, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, hlm. 11.
[2] A.S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan: pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya, edisi 1, Jakarta: Penerbit CV. Rajawali, 1990, hlm. 6.
[3] Benny A. PRI, Modul Pelatihan: Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya, https://belajar.kemdikbud.go.id, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pukul 10.00 WIB, hlm. 3.
[4] Susanto, Media Pembelajaran, https://susantotutor.wordpress.com, diakses pada tanggal 9 Maret pukul 11.30 WIB.
[5] Benny A. PRI, Modul Pelatihan: Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya, https://belajar.kemdikbud.go.id, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pukul 10.00 WIB, hlm. 3-6.
[6] Benny A. PRI, Modul Pelatihan: Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya, https://belajar.kemdikbud.go.id, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pukul 10.00 WIB, hlm. 6-7.
[7] Sungging Pandu Wijaya, Media Pembelajaran dan Macam-Macam Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar, Jember: FIP UNEJ Jember, 2014, hlm. 22.
[8] Benny A. PRI, Modul Pelatihan: Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya, https://belajar.kemdikbud.go.id, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pukul 10.00 WIB, hlm. 7.
[9] Benny A. PRI, Modul Pelatihan: Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya, https://belajar.kemdikbud.go.id, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pukul 10.00 WIB, hlm. 8.
[10] Benny A. PRI, Modul Pelatihan: Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya, https://belajar.kemdikbud.go.id, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pukul 10.00 WIB, hlm. 8-9.
[11] Benny A. PRI, Modul Pelatihan: Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya, https://belajar.kemdikbud.go.id, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pukul 10.00 WIB, hlm. 10.
[12] Susanto, Media Pembelajaran, https://susantotutor.wordpress.com, diakses pada tanggal 9 Maret pukul 11.30 WIB.
[13] Benny A. PRI, Modul Pelatihan: Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya, https://belajar.kemdikbud.go.id, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pukul 10.00 WIB, hlm. 11-13.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar